Posts

Pusaka Kalam Gelar FGD: Bahas Strategi Pengelolaan Limbah Cair Kelapa Sawit

Image
Bogor - Dalam rangka mendukung penyusunan roadmap pengurangan emisi gas rumah kaca serta optimalisasi pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS), Pusat Kajian, Advokasi, dan Konservasi Alam (Pusaka Kalam) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Permasalahan dan Strategi Pengelolaan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) secara Optimal dan Berkelanjutan”, pada Rabu, 20 November 2024. Bertempat di IPB International Convention Center. Acara ini menghadirkan berbagai pakar dan praktisi lintas disiplin, termasuk akademisi, peneliti, dan pelaku industri, yang bersama-sama mengeksplorasi pendekatan terbaik dalam pengelolaan LCPKS secara komprehensif. Ketua Dewan Pakar Pusaka Kalam, Prof. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA, dalam sambutannya menekankan pentingnya perubahan mindset dari anggapan bahwa LCPKS itu berbahaya bagi lingkungan dan tidak bernilai ekonomi menjadi sebuah sumber daya yang bernilai ekonomi tinggi jika dikelola secara profesional. Ia juga menambahkan bah...

Husain Sjah dan Maluku Utara Berkelanjutan

Image
Maluku Utara, tidak hanya dikenal dengan keindahan alam dan kekayaan sumber daya alamnya, tetapi juga sebagai pusat sejarah dan budaya yang kaya. Wilayah ini menjadi rumah bagi empat kesultanan, yakni Tidore, Ternate, Jailolo, dan Bacan yang memiliki peran penting dalam perdagangan rempah-rempah global pada masa lalu. Kini, Maluku Utara tengah menghadapi tantangan modern untuk mencapai keberlanjutan ekonomi dan lingkungan. Tulisan ini ditulis sebagai tanggapan atas opini Malut Post bertajuk “Benny Laos dan Solusi Kepemimpinan Malut” yang ditulis Ketua Gen Muda Bela Malut beberapa waktu lalu. Pada sub-judul terakhir tertulis “Benny Laos dan Pembangunan yang Sustainable”. Namun, dalam tulisan tersebut tidak diuraikan secara mendalam makna dari kata “sustainable” , justru lebih banyak menggambarkan sosok seorang Benny Laos, serta pengalamannya memimpin Morotai sebagai bupati pada periode 2017-2022. Jika kita mengulik kemunculan kata “sustainable”, istilah tersebut pertama kali diperkenal...

Habis Rempah Terbitlah Sawit (2)

Image
“Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya.” Makna dari kalimat tersebut menekankan pentingnya menghargai kontribusi setiap individu dalam konteks waktu, namun juga menerima bahwa perubahan adalah bagian alami dari kehidupan. Setiap generasi memiliki peran yang berbeda sesuai dengan kondisi dan tantangan yang dihadapi pada zamannya. Lantas bagaimana jika kalimat tersebut ditujukan untuk suatu spesies tumbuhan tertentu? Ketika kalimat di atas dialamatkan pada spesies tumbuhan, maka setiap spesies tumbuhan memiliki era tersendiri di mana tumbuhan itu memainkan peran penting dalam peradaban manusia. Seiring perubahan kondisi lingkungan dan kebutuhan manusia, beberapa spesies tumbuhan mungkin mengalami penurunan dan digantikan oleh tanaman lain yang lebih cocok dengan tuntutan zaman. Baca Juga: Halmahera dan Potensi Bioprospeksi yang Hilang Berbicara tentang tumbuh-tumbuhan, Indonesia sendiri menyimpan potensi keanekaragaman tumbuh-tumbuhan yang sangat kaya. Letak geografisnya di ...

Food Estate: Petani Dapat Apa?

Image
Pemerintah Indonesia beberapa tahun terakhir gencar memperkenalkan konsep food estate sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Food estate merupakan program pengembangan kawasan pertanian berskala besar yang diinisiasi dengan tujuan meningkatkan produksi pangan, terutama untuk komoditas strategis seperti beras, jagung, dan singkong. Konsep ini dipromosikan sebagai langkah strategis menghadapi ancaman krisis pangan yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim, alih fungsi lahan, dan peningkatan jumlah penduduk. Namun, pertanyaan yang terus muncul di kalangan petani dan pengamat pertanian adalah: Food estate ini sebenarnya memberikan keuntungan apa bagi petani? Apakah program ini mampu menjawab kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi petani sehari-hari, atau justru akan menambah beban bagi mereka? Konsep food estate muncul seiring dengan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia. Pemerintah melihat potensi...

Habis Rempah Terbitlah Sawit

Image
Indonesia, negeri yang kaya akan keanekaragaman hayati dan kekayaan alam, telah lama dikenal dunia sebagai penghasil rempah-rempah terbaik. Pala, cengkih, lada, kayu manis, dan berbagai rempah lain dari kepulauan nusantara pernah menjadi komoditas primadona yang membuat bangsa-bangsa Eropa berlomba-lomba untuk menjajah dan menguasai wilayah ini. Masa keemasan rempah-rempah pun memberi jejak panjang dalam sejarah, ekonomi, dan budaya Indonesia.  Namun, seiring dengan perubahan waktu dan kebutuhan global, peran rempah mulai memudar, dan kini sawit menjadi komoditas andalan yang mempengaruhi ekonomi Indonesia secara signifikan.  Tulisan ini mencoba menelusuri perubahan dari masa keemasan rempah hingga era dominasi kelapa sawit di Indonesia, serta dampaknya terhadap ekonomi, lingkungan, dan masyarakat. Pada abad ke-15 hingga abad ke-17, Indonesia dikenal sebagai penghasil rempah terbesar di dunia. Daerah Maluku, yang juga dijuluki sebagai "Kepulauan Rempah-rempah", menjadi pusa...

Lengah Dikit, Krisis Iklim Makin Parah

Image
Dalam beberapa dekade terakhir, dunia telah disuguhi berbagai peringatan serius tentang dampak krisis iklim. Para ilmuwan dan aktivis lingkungan telah berulang kali mengingatkan kita bahwa krisis ini bukanlah masalah yang bisa diabaikan begitu saja. Namun, di tengah laju kehidupan modern yang begitu cepat, sering kali kita sebagai individu, masyarakat, bahkan pemerintah, cenderung lalai untuk bertindak lebih serius. Padahal, kelengahan sedikit saja dalam menangani krisis iklim dapat memperburuk kondisi bumi dengan dampak yang lebih mengerikan. Banyak orang berpikir bahwa perubahan iklim hanyalah ancaman yang masih jauh di depan mata. Namun, kenyataannya, perubahan iklim sudah terjadi di hadapan kita. Suhu bumi terus meningkat, lapisan es di kutub mencair, dan bencana alam akibat cuaca ekstrem semakin sering terjadi. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menunjukkan bahwa suhu rata-rata global telah meningkat sekitar 1,1°C dibandingkan dengan masa pra-industri...

Merusak Alam? Jangan Ya Dek Ya!

Image
Hai, Dek! Pernah nggak sih kamu berpikir tentang bagaimana kehidupan kita begitu tergantung pada alam? Setiap napas yang kamu hirup, air yang kamu minum, dan makanan yang kamu makan, semuanya datang dari alam.  Alam ini adalah rumah kita, tempat kita tinggal dan tempat yang memberikan kehidupan bagi seluruh makhluk di bumi. Tapi, sayangnya, kita kadang-kadang lupa untuk menjaganya dengan baik. Bahkan, beberapa dari kita mungkin secara nggak sadar turut merusak alam. Sebelum kita bicara lebih jauh, yuk kita pahami dulu, apa sih sebenarnya yang terjadi ketika kita merusak alam?  Banyak orang berpikir bahwa merusak alam hanya sekadar membuang sampah sembarangan atau menebang pohon. Padahal, kerusakan lingkungan bisa terjadi melalui berbagai cara lain, seperti mencemari air, udara, dan tanah, menggunakan bahan bakar fosil secara berlebihan, atau mengeksploitasi sumber daya alam tanpa mempertimbangkan kelestariannya. Setiap kali kita merusak alam, kita menciptakan dampak jangka...