Posts

Showing posts from August, 2024

Banjir yang Diundang

Image
"Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dasa, atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita. Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang." Lirik lagu Ebit G. Ade di atas mungkin akhir-akhir ini sangat menggambarkan apa yang dirasakan saudara-saudara kita diberbagai penjuru negeri ini. Bencana banjir yang melanda beberapa daerah adalah contoh nyata yang kita hadapi. Banjir adalah salah satu bencana alam yang sering terjadi di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara dengan curah hujan tinggi seperti Indonesia. Namun, dalam banyak kasus, banjir bukan sekadar fenomena alam yang tak terelakkan. Sering kali, banjir adalah hasil dari ulah manusia yang, secara sadar atau tidak, "mengundang" bencana tersebut melalui berbagai tindakan yang merusak lingkungan. Penggundulan hutan, misalnya, menjadi salah satu faktor utama yang memperburuk risiko banjir. Hutan-hutan yang dahulu lebat dan mampu menyerap air kini hilang...

Suara Alam

Image
“Bumi memiliki musik bagi mereka yang mendengarkannya”. William Shakespeare Alam selalu berbicara kepada kita – melalui gemericik daun yang tertiup angin, gemuruh ombak di pantai, atau nyanyian burung di pagi hari. Namun, sering kali kita terlalu sibuk dengan hiruk-pikuk kehidupan modern hingga lupa untuk mendengarkan suara-suara tersebut. Padahal, jika kita mau meluangkan waktu sejenak untuk mendengarkan, ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari alam. Dalam tradisi masyarakat adat, alam sering dianggap sebagai guru. Mereka percaya bahwa setiap elemen alam memiliki jiwa dan pesan yang dapat membantu manusia menjalani kehidupan dengan lebih bijak. Misalnya, sungai yang terus mengalir mengajarkan kita tentang keteguhan, pohon yang kokoh berdiri di tengah badai mengajarkan kita tentang ketahanan, dan matahari yang selalu terbit setiap hari mengajarkan kita tentang harapan. Namun, di era modern ini, kita cenderung mengabaikan kebijaksanaan ini. Hutan dibabat untuk pembangunan, sungai t...

Konservasi Sejak dalam Pikiran

Image
Di tengah gemuruh pembangunan dan kemajuan teknologi, alam seringkali menjadi korban diam dari ambisi manusia. Hutan-hutan yang dulu lebat, kini perlahan menjadi lahan perkebunan atau kawasan industri. Sungai yang dahulu jernih, kini dipenuhi limbah. Melihat keadaan ini, banyak yang menyerukan pentingnya konservasi. Namun, konservasi tidak hanya dimulai dari aksi nyata, melainkan dari sebuah ide, sebuah kesadaran yang muncul di dalam pikiran kita. Ketika kita mendengar kata konservasi, yang terbayang mungkin adalah upaya menyelamatkan hewan langka, menjaga hutan dari penebangan liar, atau memelihara terumbu karang. Memang benar, semua itu merupakan bentuk nyata dari konservasi. Namun, semua tindakan tersebut berawal dari sebuah pemikiran bahwa alam harus dijaga dan dilestarikan. Tanpa kesadaran dan pemahaman akan pentingnya alam bagi keberlanjutan kehidupan, semua aksi konservasi akan terasa kosong dan hanya bersifat sementara. Dengan demikian, konservasi sejak dalam pikiran adalah gag...

JOKOWINOMIC

Image
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, yang kerap disebut dengan istilah "Jokowinomic." Kebijakan-kebijakan ekonomi yang pro-pembangunan infrastruktur, deregulasi, serta peningkatan investasi asing telah memberikan dorongan signifikan terhadap perekonomian nasional. Namun, di balik angka-angka pertumbuhan yang mengagumkan tersebut, ada sisi gelap yang tak boleh diabaikan: semakin maraknya kerusakan lingkungan. Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan membawa dampak positif, seperti penurunan angka kemiskinan, peningkatan lapangan pekerjaan, dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Namun, ketika pertumbuhan ini dicapai dengan mengorbankan lingkungan, manfaat jangka panjang yang seharusnya dirasakan menjadi tidak seimbang. Sektor-sektor seperti pertambangan, perkebunan kelapa sawit, dan pembangunan infrastruktur besar-besaran, meskipun berkontribusi besar...

Jejak Waktu dalam Pesona Sari Ayu: Sebuah Perayaan

Image
Sebenarnya ingin ucapin selamat di penghujung malam menuju pergantian hari, biar jadi yang terakhir yang ucapin selamat ulang tahun buatmu. Tapi, karena sudah diminta, jadi diurungkan saja niatnya. Oke,  Terima kasih telah dan masih berjuang hingga sejauh ini. Bangga punya teman sepertimu yang kuat dan tak kenal kata "lelah". Semoga di fase ini, apa yang kamu harapkan dikabulkan oleh Tuhan. Aamiin...! Pada helai-helai usia yang terus bertambah, engkau tetap seperti mawar yang mekar abadi, menghamparkan harum kasih sayang dan keanggunan kepada siapa saja yang beruntung mengenalmu. Dalam setiap langkahmu, ada sajak yang tak terucapkan, ada simfoni yang tak terdengar, namun terasa oleh hati yang peka. Hari ini, dalam keheningan yang penuh syukur, kubisikkan doa-doa kepada langit, agar engkau selalu dilindungi cinta-Nya. Semoga setiap detik yang kau lalui menjadi bait puisi indah yang dirangkai oleh sang waktu, mengisahkan tentang keberanian, kelembutan, dan kebijaksanaanmu. Sela...

Harmoni Alam dan Iman: Konservasi dalam Perspektif Spiritual

Image
Dalam denyut kehidupan yang tak henti-hentinya, bumi menyajikan simfoni yang megah—suara hutan yang berbisik lembut, aliran sungai yang berlarian ceria, dan riuh burung-burung yang merayakan pagi. Namun, dalam irama ini, adakah kita menyadari bahwa menjaga harmoni tersebut adalah bagian dari panggilan spiritual kita? Konservasi alam dan agama, dua pilar kehidupan manusia, ternyata berkelindan dalam sebuah tarian abadi yang penuh makna. Konservasi bukan sekadar seruan untuk melindungi flora dan fauna yang terancam punah; ini adalah sebuah seruan untuk memelihara berkat kehidupan yang telah dipercayakan kepada kita. Kita sering mendengar tentang tanggung jawab ini dalam konteks sains dan kebijakan lingkungan, namun, di balik itu semua, terdapat dimensi yang lebih dalam—dimensi spiritual yang mengajarkan kita tentang rasa syukur dan tanggung jawab terhadap ciptaan Tuhan. Agama-agama besar dunia memiliki ajaran yang menekankan pentingnya menjaga keseimbangan alam. Dalam Islam, misalnya, bu...

Laudato Si' dan Tanggung Jawab Kita Terhadap Bumi

Image
Pada 2015, Paus Fransiskus menerbitkan ensiklik yang mengubah cara kita melihat hubungan antara manusia dan lingkungan hidup kita. Ensiklik tersebut berjudul Laudato Si’ , yang diambil dari bahasa Italia dan Latin yang berarti "Pujilah Engkau" atau "Terpujilah". Dokumen ini bukan hanya sebuah panggilan spiritual, tetapi juga sebuah manifesto ekologis yang mengajak kita untuk memikirkan kembali cara kita memperlakukan planet yang kita huni. Laudato Si’ berfokus pada isu-isu lingkungan yang mendesak seperti perubahan iklim, pencemaran, deforestasi, dan kehilangan keanekaragaman hayati. Paus Fransiskus menekankan bahwa krisis lingkungan tidak bisa dipisahkan dari ketidakadilan sosial. Ketika lingkungan rusak, yang paling menderita adalah mereka yang paling miskin dan paling rentan. Ensiklik ini mengajukan sebuah tantangan: bagaimana kita bisa menciptakan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan? Salah satu pesan kunci dari Laudato Si’ adalah pentingnya "kebangkit...

Agama dan Lingkungan Hidup: Menjalin Kembali Hubungan Spiritual dengan Alam

Image
Di tengah krisis lingkungan global yang semakin mendesak, peran agama dalam pelestarian lingkungan menjadi semakin penting. Banyak tradisi keagamaan memiliki ajaran dan nilai-nilai yang mendukung hubungan harmonis antara manusia dan alam. Dalam konteks ini, kita bisa melihat bagaimana prinsip-prinsip keagamaan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam menjaga keberlanjutan bumi kita. Sebagian besar agama di dunia mengajarkan tentang tanggung jawab manusia terhadap lingkungan. Misalnya, dalam agama Islam, konsep khalifah menggarisbawahi bahwa manusia adalah penjaga bumi yang bertanggung jawab untuk merawatnya dengan bijaksana. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman bahwa bumi dan segala isinya adalah amanah yang harus dijaga (Surah Al-An'am: 141). Demikian pula, dalam agama Kristen, ajaran tentang kepedulian terhadap ciptaan terlihat jelas dalam kitab Kejadian, di mana manusia diberikan tugas untuk memelihara dan mengelola taman Eden. Ajaran ini dapat diartikan sebagai panggi...

Rorano, Ramuan Tradisional dari Maluku Utara

Image
“Para dokter menjaga orang-orang sakit; orang-orang sehat dijaga oleh alam. Daripada menjadi sakit dan kemudian menjadi terikat di dalam diet alami agar menjadi sehat, seseorang sebaiknya hidup dalam lingkungan alami sehingga sakit tidak muncul” Masanobu Fukuoka Kutipan sepenggal kalimat di atastertulis dalam buku The One Straw Revolution: An Introduction to Natural Farming  (terj: Revolusi Sebatang Jerami: Sebuah Pengantar Untuk Pertanian Alami, 2019).Sebuah buku karangan Masanobu Fukuoka yang mengulas praktik pertanian tradisional di Jepang, suatu metoda pertanian alamiah yang dapat membantu memulihkan daya merusak pertanian modern. Terkait dengan kesehatan seseorang, Fukuoka menjelaskan bahwa sakit datang bila orang tersebut memisahkan diri dari alam. Kehebatan penyakit itu berbanding langsung dengan derajat pemisahan. Jika seseorang yang menderita sakit kembali ke sebuah lingkungan yang sehat seringkali penyakitnya akan hilang. Bila pengasingan diri dari alam menjadi ekstrem, j...

Galasi: Sebuah Culture Ecology

Image
Perubahan iklim global terus berlangsung, perubahan tersebut sangat mempengaruhi berbagai kerusakan lingkungan baik di tataran global, kawasan, nasional maupun lokal. Hal itu berpengaruh pula terhadap keberadaan manusia secara keseluruhan. Mengingat perubahan lingkungan yang terjadi begitu cepat, sudah sepatutnya dilakukan langkah penyelamatan bersama dari semua pihak. Penyelamatan tersebut tentunya harus melibatkan berbagai pelaku dengan multi pendekatan. Salah satu pendekatan tersebut adalah melalui kajian ekologi budaya (culture ecology). Untuk pertama kali, kajian mengenai culture ecology dikenalkan oleh Julian Steward pada tahun 1930. Inti dari ekologi budaya adalah memahami lingkungan dalam perspektif budaya ataupun sebaliknya, memahami budaya dalam perspektif lingkungan. Kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini, diberbagai belahan dunia adalah akibat dari perubahan pola pikir manusia yang lebih melihat alam sebagai komoditas untuk di eksploitasi. Dan, dengan perkembanga...

Kemerdekaan Ekologis: Menciptakan Masa Depan Berkelanjutan

Image
Kemerdekaan tidak hanya tentang kebebasan politik atau kedaulatan negara, tetapi juga tentang kebebasan yang lebih luas, termasuk kemerdekaan dari ancaman-ancaman bencana ekologis yang semakin nyata di depan mata. Konsep ini, yang bisa kita sebut sebagai “kemerdekaan ekologis,” mengacu pada kemampuan suatu masyarakat untuk hidup harmonis dengan alam, memanfaatkan sumber daya secara bijaksana, dan mencegah terjadinya bencana ekologis yang dapat mengancam keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Indonesia, sebagai negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman hayati, menghadapi berbagai tantangan ekologis yang kompleks. Deforestasi, degradasi lahan, polusi, dan perubahan iklim merupakan ancaman utama yang tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga mengancam kesejahteraan manusia. Ketergantungan pada sumber daya alam yang tidak terbarukan, penggunaan energi fosil yang berlebihan, serta pengelolaan limbah yang tidak optimal, semuanya berkontribusi pada hilangnya kemerdek...

Kearifan Lokal, Jalan Terakhir Penyelamatan Lingkungan*

Image
Indonesia dengan belasan ribu pulau merupakan untaian alam dengan kekayaan hayati melimpah. Identitas kebudayaan nasional dari ratusan etnis dan bahasa memproduksi aneka pepatah, folklore, kearifan lokal, dan seterusnya, yang pasti semuanya berhubungan dengan aspek ekologi. Dalam kajian antropologi dikenal dengan konsep ekologi budaya ( cultural ecology ) yang menjadi darah atau inspirasi semangat pengetahuan lokal. Saat ini, di tengah kondisi lingkungan yang semakin terdegradasi akibat eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, hutan belantara porak-poranda digilas roda pembangunan hedonis di tengah kompetisi pasar global, ditambah lagi dengan ancaman pemanasan global ( global warming ) yang telah memicu perubahan iklim, serta bayang-bayang bencana alam yang terus meneror kehidupan umat manusia, memaksa manusia mencari solusi guna mengatasi persoalan yang tak berkesudahan tersebut. Menyikapi beragam bencana alam yang rutin, maka paradigma berpasrah diri hingga anggapan bencan...

Krisis Ekologi Berkelanjutan, Sampai Kapan?

Image
Kepedulian akan kelestarian lingkungan hidup mulai marak dikampanyekan akhir-akhir ini. Keprihatinan melihat kondisi bumi yang semakin terdegradasi akibat ulah manusia memicu aksi dari berbagai pihak untuk sama-sama mencari solusi guna menyelamatkan krisis berkepanjangan yang melanda planet bumi. Perhatian terhadap kelestarian lingkungan tidak saja datang dari pihak pemerhati lingkungan, mengingat permasalahan lingkungan hidup adalah persoalan yang sangat kompleks.  Maka, menjawab kompleksitas persoalan lingkungan pun membutuhkan perhatian dari berbagai pihak. Tidak mengherankan, jika kini banyak kalangan yang menaruh perhatian terhadap isu-isu ekologi. Poin penting yang menjadi pembahasan dalam tulisan ini adalah bahwa selama ini minset berpikir kita cenderung mengadopsi cara-cara berpikir kapitalistik.  Cara berpikir yang mengajarkan kita untuk terus mengejar pertumbuhan ekonomi tiada henti. Cara berpikir yang mengajarkan kita sepanjang waktu bahwa hanya pertumbuhan ...

Ekofeminisme: Memahami Alam dan Perempuan

Image
"Bumi adalah manusia,  batunya sebagai tulang,  tanah sebagai daging,  airnya sebagai darah, dan  hutan sebagai kulit, paru-paru dan rambut" -  Mama Aleta, Aktivis Perempuan dan Lingkungan NTT Istilah ekofeminisme pertama kali digunakan oleh Francoise D'Eaubonne pada tahun 1974 melalui karyanya "Le Feminisme ou la Mort" (Feminisme atau Kematian), selanjutnya pada tahun 1987 istilah tersebut kembali dipopulerkan oleh Karen J. Warren melalui "Feminism and Ecology: Making Connection" yang berusaha untuk menunjukan hubungan antara semua bentuk penindasan manusia, khususnya antara perempuan dan alam. Namun, Maria Mies dan Vandana Shiva (1998) yang berhasil melakukan rekonstruksi pandangan ini. Mereka mengawinkan antara prinsip ekologi dan feminisme dalam melawan ketidakadilan terhadap kaum perempuan. Paradigma yang dipakai dan menjadi dasar perjuangan ekofeminisme adalah pandangan dan ideologi yang ramah sesama manusia dan lingkungan. Menurut Rosema...

Petani, Revolusi Hijau, dan Rachel Carson

Image
Bagi petani kebanyakan, tidak penting mengenal siapa itu Rachel L. Carson, yang terpenting adalah bagaimana ketika matahari mulai menampakkan wajahnya, mereka harus menuju ke kebun untuk bekerja, mengolah lahan, mengurus tanaman, dan atau ketika tanaman telah ditanam dan memerlukan nutrisi maka para petani tersebut memberikan sedikit nutrisi (pupuk) untuk kesuburan tanaman mereka. Singkat kata, yang ada dalam pikiran para petani adalah bagaimana melipatgandakan hasil pertanian mereka untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya keuntungan. Begitulah siklus kehidupan para petani.  Ketika tersebar isu yang tidak berkaitan dengan lahan (kebun), tanaman, hasil panen, dan segala tetek bengkeknya yang berhubungan dengan pekerjaan mereka, maka itu hanyalah menjadi angin lalu. Apalagi menanyakan kepada mereka perihal Rachel L. Carson.  Bukannya mendapatkan respon positif, kita akan dibuat terdiam seribu bahasa dengan pertanyaan balik mereka. "Memangnya Rachel Carson akan membantumu mengurus k...